Pengertian proses perpindahan panas
secara konveksi
Konveksi adalah perpindahan panas
yang disertai dengan perpindahan zat perantaranya. Perpindahan panas secara
Konveksi terjadi melalui aliran zat. Contoh yang sederhana adalah proses
mencairnya es batu yang dimasukkan ke dalam air panas. Panas pada air berpindah
bersamaan dengan mengalirnya air panas ke es batu. Panas tersebut kemudian menyebabkan
es batunya meleleh. Contoh lainnya yaitu ketika
kita sedang memasak air. Air yang berada di bagian bawah mendapatkan panas
lebih dahulu, kemudian pindah ke bagian atas tempat suhu dingin, dengan
demikian suhu yang dingin indah ke bawah. Begitu seterusnya sehingga kita
melihat air yang dimasak itu turun naik. Untuk membuktikannya, saat memasak
air, masukkan biji kacang hijau, lihat bagaimana kacang hijau tersebut bergerak
naik turun.
Contoh proses perpindahan panas konveksi |
perhatikanlah gambar di diatas dengan
penuh kseksama. Air yang berada di dalam wadah dipanaskan dengan nyala api yang
berasal dari kompor. Ketika kita memanaskan air menggunakan kompor, kalor
mengalir dari nyala api (suhu lebih tinggi) menuju dasar wadah (suhu lebih
rendah). Karena mendapat tambahan kalor, maka suhu dasar wadah meningkat. Ingat
ya, yang bersentuhan dengan nyala api adalah bagian luar dasar wadah. Karena
terdapat perbedaan suhu, maka kalor mengalir dari bagian luar dasar wadah (yang
bersentuhan dengan nyala api) menuju bagian dalam dasar wadah (yang bersentuhan
dengan air). Suhu bagian dalam dasar wadah pun meningkat. Karena air yang
berada di permukaan wadah memiliki suhu yang lebih kecil, maka kalor mengalir
dari dasar wadah (suhu lebih tinggi) menuju air (suhu lebih rendah). Perlu
diketahui bahwa perpindahan kalor pada wadah terjadi secara konduksi.
Perpindahan kalor dari dasar wadah menuju air yang berada di permukaannya juga
terjadi secara konduksi.
Adanya tambahan kalor membuat air
yang menempel dengan dasar wadah mengalami peningkatan suhu. Akibatnya air
tersebut memuai. Ketika memuai, volume air bertambah. Karena volume air
bertambah maka massa jenis air berkurang. Kalau bingung, ingat lagi persamaan
massa jenis alias kerapatan (massa jenis = massa / volume). Massa air yang
memuai tidak berubah, yang berubah hanya volumeya saja. Karena volume air
bertambah, maka massa jenisnya berkurang. Berkurangnya massa jenis air
menyebabkan si air bergerak ke atas (kita bisa mengatakan air tersebut
mengapung). Mirip seperti gabus atau kayu kering yang terapung jika dimasukan
ke dalam air. Gabus atau kayu kering bisa terapung karena massa jenisnya lebih
kecil dari massa jenis air.
Karena air yang terpanaskan bergerak
ke atas maka posisi air tadi digantikan oleh air yang bersuhu lebih rendah yang
berada di sebelah atas, dimana air tersebut akan menempel dengan dasar wadah.
Karena terdapat perbedaan suhu, maka kalor mengalir dari dasar wadah menuju air
yang bersuhu lebih rendah tersebut, Sehingga suhu air yang menempel atau yang
dekat dengan dasar wadah berangsur-angsur menjadi panas (suhu meningkat)
sehingga massa jenisnya berkurang. Karena massa jenisnya berkurang maka ia
bergerak ke atas. Proses ini berlangsung terus menerus selama proses pemanasan
(Pertukaran panas berlangsung). Jika lebih kita perhatikan lagi, air yang
memiliki suhu yang tinggi tidak langsung meluncur tegak lurus ke atas tetapi
berputar seperti yang ditunjukkan pada gambar. Hal ini disebabkan karena air
yang berada tepat di atasnya memiliki massa jenis yang lebih besar, itulah
kenapa ketika kita memasak air terlihat bergolak atau lazim disebut mendidih.
Perpindahan kalor pada proses
pemanasan air merupakan salah satu contoh perpindahan kalor secara konveksi.
Catatan :
Pertama :
Proses perpindahan kalor dengan cara
konveksi hanya terjadi dalam air. Perpindahan kalor dari dasar wadah menuju air
terjadi secara konduksi.
Kedua :
Seandainya nyala api bersentuhan
dengan wadah, maka kalor mengalir dari nyala api (suhu lebih tinggi) menuju
wadah (suhu lebih rendah) dengan cara konduksi. Sebaliknya, jika nyala api
tidak bersentuhan dengan wadah maka kalor mengalir dari nyala api menuju wadah
dengan cara radiasi. Mengenai radiasi akan dibahas kemudian.
Ketiga :
Jika nyala api cukup besar maka kalor
tidak hanya mengalir dari nyala api menuju dasar wadah tetapi juga menuju
dinding wadah. Perpindahan kalor bisa terjadi dengan cara konduksi (apabila
nyala api bersentuhan dengan dinding wadah) atau perpindahan kalor bisa terjadi
dengan cara radiasi (apabila nyala api tidak bersentuhan dengan dinding wadah).
Keempat :
Proses pemanasan air menggunakan
pemanas listrik juga mirip dengan kasus di atas. Elemen pemanas memiliki suhu
yang lebih tinggi sedangkan air yang berada di sekitarnya memiliki suhu yang
lebih rendah. Karena terdapat perbedaan suhu, maka kalor mengalir dari elemen
pemanas menuju air yang menempel dengannya. Perpindahan kalor dari elemen
pemanas menuju air terjadi secara konduksi. Sebaliknya, proses perpindahan
kalor dalam air terjadi secara konveksi.
No comments:
Post a Comment