Bagi orang Jawa, pengaruh kesenian
wayang dalam kehidupan nyata sangat besar. Cerita wayang maupun tokoh-tokoh
wayang seringkali mengilhami sikap hidupnya, baik dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Tidak kurang dari Soeharto, presiden
kedua negara kita. Menjelang kejatuhannya, dia pernah mengatakan akan
mengundurkan diri dan akan lebih meningkatkan kehidupan rohaninya.
Seperti para raja ksatria dalam tokoh
pewayangan, jika sudah tua tidak mau lagi menjadi raja; dan akan mengabdikan
dirinya untuk meningka katkan amal ibadahnya dengan menjadi seorang pendeta.
Dalam istilah pewayangan, sering disebut dengan: ”lengser keprabon, mandeg
pandita”.
Nama-nama para tokoh pewayangan,
utamanya para ksatria, juga banyak digunakan untuk memberi nama anak-anaknya.
Agar si anak memiliki sifat seperti nama yang disandangnya. Sebagai contoh,
nama Wisnu, Bima, Harjuna, dan lain-lain sering diambil dan dijadikan sebagai
nama seesorang. Pemberian nama tokoh-tokoh wayang kepada seseorang, patut
diduga tidak terdapat dalam (etnis) lain di Indonesia.
Walaupun kesenian wayang (golek) juga
terdapat dalam masyarakat Sunda, namun pengaruhnya tidak sekuat seperti dalam
masyarakat Jawa. Kesenian pertunjukan wayang, walaupun sekarang sudah mulai
jarang, namun masih sering ditampilkan dalam berbagai kesempatan, seperti:
acara perkawinan, atau bahkan kenegaraan yang diadakan oleh pimpinan
pemerintahan dari etnis Jawa. Selain
itu, kesenian wayang juga masih ditampilkan dalam acara di media elektronika,
seperti televisi.
Buku ini tentu saja hanya
menugngkapkan secara garis besarnya saja, tentang kesenian wayang
dan budaya Jawa yang sedikit banyak
mendapat pengaruh dari kisah pewayangan.
Inilah sekilas pengantar pada buku
"Seni dan Budaya Politik Jawa" semoga bisa menjadi bahan kajian dan
Literatur yang berguna bagi para pembaca...!!!
Download ebooknya disini.
No comments:
Post a Comment