TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE
1.1 Pendahuluan
Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh divisi
produksi perusahaan manufaktur adalah
bagaimana melaksanakan proses produksi seefisien dan seefektif mungkin tanpa adanya pemborosan waktu
akibat kerusakan mesin. Oleh karenanya losses
seperti pemborosan waktu, berkurangnya kecepatan produksi, dan faktor-faktor
yang menghambat lainnya harus dikurangi atau diminimalkan. Untuk mengurangi masalah tersebut maka sebuah perusahaan perlu didukung oleh
peralatan memadai dan tenaga kerja yang terampil untuk melakukan proses
produksi. Terkait dengan hal teresbut diatas maka aktivitas
perawatan terhadap mesin-mesin produksi merupakan bagian yang tidak dapat
terpisahkan dari aktifitas produksi (Kister
& Hawkins, 2006).
Permasalahan umum yang terjadi pada mesin seperti mesin yang kotor,
peralatan yang terbengkalai, mur dan baut hilang, oli yang belum diganti,
kebocoran pada mesin, bunyi-bunyi yang tidak normal, getaran mesin yang
berlebihan, filter yang belum
diganti, dan lain-lain, merupakan faktor yang berpotensi menyebabkan
terhentinya produksi karena kerusakan mesin (down time) yang pada akhirnya menyebabkan terhentinya proses produksi. Hal tersebut bagi
banyak perusahaan yang belum menerapkan TPM menyerahkan urusan perawatan
mesin-mesin produksi hanya kepada divisi mainteneance semata dan tidak adanya
keterlibatan secara menyeluruh dari operator produksi dalam perawatan mesin, kurangnya standard perawatan mesin,
kurangnya pelatihan kepada operator, kurang terampilnya operator dalam
menjalankan perawatan, dan juga lingkungan kerja yang kurang memadai akan
sangat berpotensi menyebabkan menurunya kinerja perusahaan (Campbell & Jardine, 2001).
Dengan
semakin ketatnya persaingan, menuntut kalangan industry untuk melakukan
effisiensi dan effektivitas yang menyeluruh disetiap lini produksi mereka. Oleh karena itu, untuk menjawab tantangan tersebut, dibutuhkan suatu sistem
perawatan yang
mampu mencakup kebutuhan dan kemampuan secara menyeluruh dan terstruktur dalam aktivitas perawatan. Total Productive Maintenance (TPM) merupakan salah satu metode yang
mampu menjawab
dan mengatasi permasalahan
tersebut diatas.
1.2 Apa itu Total Productive Maintenance?
Filosofi pemeliharaan yang kemudian berkembang dan banyak diterapkan dalam perusahaan
manufaktur dan
telah banyak memberikan hasil yang memuaskan adalah Total
Productive Maintenance (TPM). Menurut Nakajima (1986)
TPM adalah suatu program untuk pengembangan fundamental dari fungsi
pemeliharaan dalam suatu organisasi, yang melibatkan seluruh SDM-nya. Jika di
implementasikan secara optimal dan menyeluruh, maka TPM secara dramatis akan
mampu meningkatkan produktivitas dan kualitas, dan menurunkan biaya. TPM
merupakan pemeliharaan produktif yang dilaksanakan oleh seluruh karyawan
melalui aktivitas kelompok kecil yang terencana. TPM memungkinkan perusahaan untuk memiliki program
pemeliharaan peralatan produksi sehingga proses
produksi dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Menurut Maggard
dan Rhney (1992), dengan menerapkan TPM maka memungkinkan sebuah perusahaan untuk menemukan pemborosan
yang timbul dan terjadi pada proses
produksi. TPM
dapat mengakomodasi tujuan dari suatu perusahaan sebab TPM merupakan pendekatan
yang berpotensi dalam menyediakan integrasi antara proses produksi dengan
pemeliharaan mutu melalui pengembangan kerja sama yang kuat pada seluruh level
di suatu perusahaan.
TPM merupakan suatu program perawatan
menyeluruh yang melibatkan seluruh pekerja melalui aktivitas kelompok kecil
yang bertujuan untuk meningkatkan produktiftas serta pada waktu yang sama dapat
meningkatkan kepuasan kerja dan moral karyawan. Total productive maintenance ini merupakan satu strategi yang berisikan (Nakajima, 1988 and Ahuja & Khamba, 2008)):
1. Optimasi efektivitas dan kesiapan peralatan (equipment),
kinerja dalam melakukan aktifitas produksi
2. Strategi integrase pemeliharaan untuk menjaga performance
dari semua peralatan yang ada di perusahaan.
3. Strategi integrase pemeliharaan yang melibatkan semua departemen dalam melakukan
aktivitas
pemeliharaan (Maintenance).
4. Strategi integrase pemeliharaan yang melibatkan semua individu secara terorganisir mulai dari manajemen teratas hingga ke tingkat pekerja (Operator).
5. Strategi integrase pemeliharaan dengan melakukan perawatan melalui aktivitas autoonomous maintenance yang dilakukan oleh grup-grup kecil
ditingkat operator.
Keunggulan
dalam aktivitas produksi khususnya manajemen
perawatan/pemeliharaan akan memberikan dampak positif terhadap kinerja
perusahaan melalui dua cara, yaitu dampak terhadap biaya produksi dan terhadap
pendapatan. Dampak terhadap biaya produksi terjadi melalui proses pembuatan
produk yang memiliki derajat konformasi yang tinggi terhadap standar-standar
sehingga bebas dari tingkat kerusakan yang mungkin. Dengan demikian proses
produksi yang memperhatikan kualitas akan menghasilkan produk berkualitas yang
bebas dari kerusakan, dengan demikian dapat dihindarkan terjadinya pemborosan (waste) dan inefisiensi. Sehingga ongkos
produksi per unit akan menjadi rendah yang pada gilirannya akan membuat harga
produk menjadi kompetitif (Schonberger, 1982). Dampak terhadap peningkatan pendapatan
terjadi melalui peningkatan penjualan atas produk berkualitas yang berharga
kompetitif. Sedangkan sebuah perusahaan biasanya akan mencapai suatu keunggulan
bersaing dalam tiga cara: dengan memberikan kualitas produk yang lebih baik,
menawarkan suatu layanan pelanggan yang terbaik, dan menjadi penguasa harga
dalam arti menjadi produsen dengan biaya yang rendah (Al
Fatta, 2007).
Didalam
penerapannya dilapangan, Total Productive
Maintenance menjadikan 5R (5S) sebagai pondasi utamanya dan
ditopang oleh 8 pilar utama. Pilar tersebut adalah (Nakajima,
1988):
Gambar 1: 5R dan 8 Pillar dalam penerapan TPM
|
1.3 Konsep 5R sebagai pondasi TPM
Referensi:
Ringkas
1. Memilah barang yang diperlukan & yang tidak diperlukan.
2. Memilah barang yang sudah rusak dan barang yang masih dapat digunakan.
3. Memilah barang yang harus dibuang atau tidak.
4. Memilah barang yang sering digunakan atau jarang penggunaannya.
Rapi
1. Menata/mengurutkan peralatan/barang berdasarkan alur proses kerja.
2. Menata/mengurutkan peralatan/barang berdasarkan keseringan penggunaannya, keseragaman, fungsi dan batas waktu penggunaannya.
3. Pengaturan (pengendalian) visual supaya peralatan/barang mudah ditemukan, teratur dan selalu pada tempatnya.
Resik
1. Membersihkan tempat kerja dari semua kotoran, debu dan sampah.
2. Menyediakan sarana dan prasarana kebersihan di tempat kerja.
3. Meminimalisir sumber-sumber kotoran dan sampah.
4. Memperbarui/memperbaiki tempat kerja yang sudah usang/rusak.
Rawat
1. Mempertahankan 3 kondisi di atas dari waktu ke waktu.
Rajin
1. Mendisiplinkan diri untuk melakukan 4 hal di atas.
1.4 Konsep 8 Pillar dalam penerapan TPM
1.
Autonomous
Maintenance & Operator (= “Kobetsu Kaizen & Jishu Hozen”)
a. Reset
based level, yaitu mengimplementasikan kegiatan maintenance harian oleh
Operator pada aktivitas pembersihan, inspeksi mesin, pelumasan mesin dan
pengencangan sambungan (baut, klem.dll)
b.
Menerapkan
Autonomous Maintenance & Operator di setiap working station.
2.
Planned
Maintenance
a.
Menjamin
mesin 100% siap untuk digunakan (reduce downtime & 100% readiness)
b.
Menjamin
mesin 100% mendukung pencapaian mutu yang konsisten, jumlah produk yang sesuai
dan ketepatan waktu bagi jawal pengiriman ke pelanggan
c.
Mengimplementasikan Preventive Maintenance Schedule dan Predictive Maintenance bagi kemudahan pelaksanaan
perawatan dan tindakan pencegahan
d.
Reduce maintenance & variable cost
3.
Continous Improvement
a.
Mengukur pemborosan di Tempat kerja
b. Mengeliminasi “MUDA” (Waste) untuk meningkatkan produktivitas
dan menurunkan biaya produksi (To
improve productivity & cost reduction)
c.
Meningkatkan
efektifitas kerja dengan menerapkan 6S (Sort, Set
in Order, Shine, Safety, Standardize & Sustain)
4.
Training
& Skill Development dengan pengimplementasian
Competencies Based Matrix
a.
Gaps
Skill & Training Analysis
b.
Conduct
training & awareness
c.
Verifikasi
efektivitas terhadap kepatuhan penerapan
d.
People
and Skill Matrix
5.
Early
Equipment & Process Management
a.
Periksa spesifikasi alat dan data teknis
b.
Pelajari kelemahan dan kekurangan sebagai langkah
perbaikan (Life cycle costing)
c.
Penerapan perbaikan design pada mesin terpasang dan
kemungkinan investasi mendatang pada: Kemudahan dalam pembuatan mesin/alat
kerja, Kemudahan instalasi, Kemudahan proses,Kemudahan dalam
pengendalian proses dan mutu produk dan Jaminan hasil produksi yang
bermutu konsisten
6.
Quality
Maintenance System “Hinshitsu Hozen”
a. Melakukan
evaluasi dan perbaikan terhadap kerusakan atas mutu dan control performa mesin
b.
Focus
pada kegiatan Quality Source and Quality Assurance
c.
Penerapan
Sistem Preventive Maintenance yang efektif dalam ketepatan waktu dan biaya
d.
Mengimplementasikan
pedeteksi kesalahan dini (Poka Yoke, Mistake
Proofing)
7.
TPM
office to support TPM Program (Office, Sales, Marketing, Finance/Accounting, IT and
Administration)
a.
Seluruh
department yang mendukung proses produksi, penyerahan produk dan pelayanan
pelanggan berpartisipasi aktif dalam kegiatan TPM untuk meningkatkan
efektifitas kinerja binis
b. Meningkatkan
kecepatan, efektifitas dan kesederhanaan sehingga bisnis proses menjadi lebih
ringkas dan tanggap terhadap kebutuhan pelanggan dan meningkatkan daya saing
perusahaan
8.
Health
Safety Environment Management System
a. Operasi bisnis yang berbasis kuat pada dukungan
kegiatan Keselamatan kerja dan lingkungan
b. Pelatihan dan implementasi pada seluruh aspek bisnis
proses untuk mencapai Zero Accident and Zero Pollution
c. Tunduk dan mematuhi secara
terhadap peraturan Pemerintah dan persyaratan Pelanggan untuk
mengimplementasikan kebijakan HSE.
- Davis, R., 1996,” Making TPM a part of factory life”’ Works Management, Vol.49, part 7, pp.16-17.
- Ireland, F.and Dale, B.G., 2001, “A study of total productive maintenance implementation”, Journal of Quality in Maintanance Engineering, Vol 7, pp.183-191.
- Lycke, Liselott., 2003,” Team development when implementing TPM”, Total Quality Management, Vol.14, No.2, pp.205-213.
- Mckellen, Chris.,2005,” Overall Equipment Effectiveness”, Production Management.
- Maggard, B., and Rhyne, d.m., 1992, “Total productive maintanance: a timely integration of production and maintanance”, Production and Inventory Management Journal, Quarter 4, pp.6-10.
- Nakajima, S., 1986, “TPM – a challenge to the improvement of productivity by small group activities”, Maintenance management International, Edition No.6, pp.73 -83.
- Nakajima, S., 1988, Introduction to Total Productive Maintenance, Productivity Press, Cambridge, MA.
- Nakajima, S., 1989, “TPM Development Programme: Implementing Total Productive Maintenance, Productivity Press, Cambridge, MA.
Play Blackjack in MS - Dr.D.MCD
ReplyDeletePlay blackjack 경주 출장안마 for free with Dr.D.MCD. 영주 출장안마 Our experts provide you with the best 고양 출장마사지 casino 하남 출장마사지 games to play in MS 경상남도 출장샵 and other US States. Play online with free