Pendahuluan
Secara sederhana
organisasi adalah komunitas yang terdiri dari sekelompok oarang yang
mempunyai tujuan yang sama, yang dapat dicapai secara bersama, dimana dalam
mencapai suatu tujuan tersebut terdapat pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab bagi
tiap-tiap personal yang terlibat didalamnya untuk mencapai tujuan organisasi. Organisasi biasanya berada dalam suatu lingkungan yang dinamis dengan sumberdaya terbatas, serta kondisi lingkungan yang
berubah-ubah sesuai dengan perkembangan zaman, dimana perubahan tersebut akan
memepengaruhi efektivitas organisasi. Dalam lingkungan demikian organisasi
harus tanggap dan pandai mengantisipasi perubahan agar organisasi tersebut
tetap dapat mempertahankan keberadaannya (exist) dan dapat berfungsi
(functional). Agar organisasi dapat mempertahankan keberadaannya dan dapat
berfungsi, maka organisasi itu haruslah efektif.
Untuk dapat menilai apakah suatu organisasi itu
efektif atau tidak, ada banyak pendapat yang antara lain mengatakan bahwa kefektifan suatu organisasi secara keseluruhan ditentukan oleh apakah tujuan organisasi
itu tercapai dengan baik atau sebaliknya. Teori yang paling sederhana ialah
teori yang berpendapat bahwa efektivitas organisasi sama dengan prestasi
organisasi secara keseluruhan, pandangan yang juga penting adalah teori yang
menghubungkan tingkat kepuasan para anggotanya. Menurut teori ini sesuatu
organisasi dikatakan efektif bila para anggotanya merasa puas. Akhir-akhir ini
berkembang suatu teori atau pandangan yang lebih komprehensif dan paling umum
dipergunakan dalam membahas persoalan efektivitas organisasi adalah kriteria
flexibility, productivity dan satisfaction.
Dengan melihat organisasi sebagi
sistem, usaha membahas efektivitas organisasi secara lebih komprehensif menjadi
lebih mungkin. Memang dalam kenyataan sangatlah sulit melihat atau
mempersamakan efektivitas organisasi dengan tingkat keberhasilan dalam
pencapaian tujuan. Hal ini disebabkan selain karena selalu ada penyesuaian
dalam target yang akan dicapai, juga dalam proses pencapaiannya sering sekali
ada tekanan dari keadaan sekeliling. Kenyataan tersebut selanjutnya menyebabkan
bahwa jarang sekali target dapat tercapai secara keseluruhan. Adam I.
Indrawijaya. (2000:227).
Efektivitas adalah hubungan antara
output dan tujuan. Dalam artian efektivitas merupakan ukuran seberapa jauh
tingkat output, kebijakan dan prosedur dari organisasi mencapai tujuan yang
ditetapkan. Dalam pengertian teoritis atau praktis, tidak ada persetujuan yang
universal mengenai apa yang dimaksud dengan “Efektivitas”. Bagaimanapun
definisi efektivitas berkaitan dengan pendekatan umum. Bila ditelusuri
efektifitas berasal dari kata dasar efektif yang artinya:
- Ada efeknya (pengaruhnya, akibatnya, kesannya) seperti: manjur; mujarab; mempan
- Penggunaan metode/cara, sarana/alat dalam melaksanakan aktivitas sehingga berhasil guna (mencapai hasil yang optimal)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1993:250) Efektivitas diartikan sebagai sesuatu yang ada efeknya
(akibatnya,pengaruhnya), dapat membawa hasil, berhasil guna (tindakan) serta
dapat pula berarti mulai berlaku (tentang undang-undang/peraturan). Menurut Gibson
et. Al (1996:30) pengertian efektivitas adalah : Penilaian yang dibuat
sehubungan dengan prestasi individu, kelompok, dan organisasi. Makin dekat
prestasi mereka terhadap prestasi yang diharapkan (standar), maka makin lebih
efektif dalam menilai mereka.
Dari pengertian tersebut di atas dari
sudut pandang bidang perilaku keorganisasian maka dapat diidentifikasikan tiga
tingkatan analisis yaitu: (1) individu,
(2) kelompok, (3) organisasi. Ketiga tingkatan analisis tersebut sejalan
dengan ketiga tingkatan tanggung jawab manajerial yaitu bahwa para manajer
bertanggung jawab atas efektivitas individu, kelompok dan organisasi.
Pencapaian hasil (efektivitas) yang
dilakukan oleh suatu organisasi menurut
Jones (1994) terdiri dari tiga tahap, yakni input, conversion, dan
output atau masukan, perubahan dan hasil. Input meliputi semua sumber daya yang
dimiliki, informasi dan pengetahuan, bahan-bahan mentah serta modal. Dalam
tahap input, tingkat efisiensi sumber daya yang dimiliki sangat menentukan
kemampuan yang dimiliki. Tahap conversion ditentukan oleh kemampuan organisasi
untuk memanfaatkan sumber daya yang dimiliki, manajemen dan penggunaan
teknologi agar dapat menghasilkan nilai. Dalam tahap ini, tingkat keahlian SDM
dan daya tanggap organisasi terhadap perubahan lingkungan sangat menentukan
tingkat produktifitasnya.
Sedangkan dalam tahap output,
pelayanan yang diberikan merupakan hasil dari penggunaan teknologi dan keahlian
SDM. Organisasi yang dapat memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya secara
efisien dapat meningkatkan kemampuannya untuk meningkatkan pelayanan dengan
memuaskan kebutuhan pelanggan.
Keunggulan kompetitif suatu
organisasi menurut Jones, sangat tergantung dari tingkat kompleksitas yang
dimilikinya, yakni sejauh mana kemampuannya untuk mencapai hasil atau value
creation. Kemampuan tersebut meliputi manufacturing (pada perusahaan).
Kemampuan penelitian dan pengembangan serta perancangan organisasi (organizational
design).
Apabila kemampuan tersebut dapat
dimanfaatkan secara optimal dan dikembangkan secara gradual, maka organisasi
itu dapat mengungguli saingan-saingannya dan memberikan pelayanan yang lebih
baik. Keahlian yang dimiliki oleh SDM, penggunaan teknologi yang semakin
canggih serta kemampuan manajemen yang sangat profesional akan menentukan
tingkat efektivitas organisasi. Berdasarkan pendapat Steers (1985:1), batu uji
yang sebenarnya untuk manajemen yang baik adalah kemampuan mengorganisasi dan
memanfaatkan sumber daya yang tersedia dalam tugas untuk mencapai dan
memelihara suatu tingkat operasi yang efektif.
Kata kunci pengertian ini adalah pada kata efektif karena pada akhirnya
keberhasilan kepemimpinan dan organisasi diukur dengan konsep efektivitas itu.
Menurut Jones (1994), pemahaman para
manajer mengenai efektivitas organisasi sangat mempengaruhi kemampuannya guna
memanfaatkan sumber daya yang dimiliki untuk mencapai hasil (value creation).
Semakin produktif dan efisien suatu organisasi dapat memanfaatkan sumber daya
yang dimilikinya maka semakin tinggi value creation yang dicapainya. Jones juga
mengemukakan bahwa control (pengendalian), innovation (penemuan) dan efficiency
merupakan 3 penekanan dalam top management yang akan menentukan efektivitas
organisasi. Pertama, Control atau pengendalian merupakan kemampuan suatu organisasi
untuk mengendalikan lingkungan eksternal sekaligus untuk menarik sumber daya
dan pelanggannya. Lingkungan eksternal merupakan suatu hal yang dinamis, yakni
selalu mengalami perubahan dimana organisasi harus menanggapi dan menyesuaikan
diri dengan perubahan-perubahan tersebut.
Kemampuan suatu organisasi untuk
memanfaatkan lingkungannya dengan menggunakan dan melindungi sumber dayanya
secara optimal menunjukkan kemampuannya untuk mengendalikan lingkungan
eksternalnya. Kedua, Innovation merupakan pengembangan dan peningkatan keahlian
suatu organisasi untuk menemukan cara-cara dan hasil baru dalam proses
pelayanan. Innovation juga berarti penerimaan atau pembentukan nilai-nilai baru
yang lebih konstruktif agar suatu organisasi dapat meningkatkan kemampuannya
untuk menanggapi, menyesuaikan diri dan meningkatkan mekanisme kerjanya.
Ketiga, Efficiency merupakan rasio
antara output dan input, yakni penerapan cara-cara baru untuk meningkatkan
produktifitas. Kemampuan teknis dari suatu organisasi, yakni tingkat produktivitas
dan efisiensi (rasio output dan input) dari sumber daya yang dimiliki. Baik
mutu SDM, teknologi yang dimilikinya dan manajemen akan menentukan output yang
dihasilkannya.
Berdasarkan pendapat Steers (1985:4),
organisasi merupakan suatu kesatuan yang kompleks yang berusaha untuk
mengalokasikan sumber dayanya secara rasional demi tercapainya tujuan. Dalam
meneliti efektivitas suatu organisasi sumber daya manusia dan perilaku manusia
muncul sebagai pusat perhatian dan usaha-usaha untuk meningkatkan efektivitas
harus selalu dimulai dengan meneliti perilaku di tempat kerja. Pengertian
efektivitas organisasi menurut Steers dapat dijelaskan dengan memahami 3 konsep
yang saling berhubungan, yaitu optimisasi tujuan, sistematika dan tekanan pada
segi perilaku manusia dalam susunan organisasi.
Pertama, dalam optimisasi tujuan,
keberhasilan yang tercapai oleh suatu organisasi tergantung dari kemampuannya
untuk memperoleh dan memanfaatkan sumber dayanya yang langka dan berharga
secara sepandai mungkin dalam usahanya mengejar tujuan operasi dan kegiatannya.
Dalam hal ini, organisasi harus mengatasi hambatan-hambatan yang dapat
menghalangi tercapainya tujuan dan mencari alternatif terbaik guna mencapai tujuan
organisasi secara optimal.
Kedua, Dalam perspektif sistem,
organisasi terdiri dari berbagai unsur yang saling mendukung dan saling
melengkapi. Unsur-unsur tersebut sangat berpengaruh terhadap proses pencapaian
tujuan suatu organisasi. Ketiga,Dalam perilaku manusia, tingkah laku individu
dan kelompok, menentukan kelancaran tercapainya tujuan suatu organisasi.
Pencapaian efektivitas organisasi
meliputi 3 perspektif yang saling berhubungan antara unsur-unsur utama dari
sistem organisasi dan bagaimana unsur-unsur tersebut saling mempengaruhi untuk
mempermudah atau menghambat pencapaian tujuan organisasi. Konsep efektivitas
yang dikemukakan para ahli organisasi dan manajemen memiliki makna yang
berbeda, tergantung pada kerangka acuan yang dipergunakan.
Stoner (1982:27) menekankan
pentingnya efektivitas organisasi dalam pencapaian tujuan-tujuan organisasi dan
efektivitas adalah kunci dari kesuksesan suatu organisasi. Sharma (1982:314)
memberikan kriteria atau ukuran efektivitas organisasi yaitu yang menyangkut
faktor internal organisasi dan faktor lingkungan organisasi itu berada
(eksternal) yaitu :
- Produktivitas organisasi/out put
- Fleksibilitas organisasi dan bentuk keberhasilannya menyusuaikan diri dengan perubahan-perubahan didalam dan diluar organisasi
- Tidak adanya ketegangan didalam organisasi/hambatan-hambatan konflik diantara bagian-bagian organisasi.
Istilah efektivitas sangat variatif
dimana penjelasannya menyangkut berbagai dimensi yang memusatkan perhatian
kepada berbagai kriteria evaluasi. Selanjutnya, pengukurannya relatif beraneka
ragam dimana kriteria yang berbeda dilakukan secara serempak. Efektivitas
adalah ukuran berhasil tidaknya pencapaian tujuan organisasi. Apabila suatu
organisasi berhasil mencapai tujuan, maka organisasi tersebut telah berjalan
dengan efektif. Hal terpenting yang perlu dicatat adalah bahwa efektivitas
tidak menyatakan apa-apa tentang berapa besar biaya yang telah dikeluarkan untuk
mencapai tujuan tersebut.
Tolok ukur yang dapat menilai tingkat
efektivitas suatu organisasi sangat banyak. Pengukuran tersebut dapat
menggambarkan dan mempelajari secara lengkap unsur-unsur pokok yang berkaitan
dengan pembinaan efektivitas suatu organisasi dan sifat dari tolok ukur
tersebut.
Pendapat Emitai Etzioni yang dikutip
Adam I. Indrawijaya (2000:227) mengemukakan pendekatan pengukuran efektivitas
organisasi yang disebutnya SYSTEM MODEL, mencakup empat kriteria, yaitu
adaptasi, integrasi, motivasi, dan produksi. Pertama, Pada kriteria adaptasi
dipersoalkan kemampuan suatu organisasi untuk menyusuaikan diri dengan
lingkungannya. Kedua, adalah integrasi, yaitu pengukuran terhadap tingkat
kemampuan suatu organisasi untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan konsensus
dan komunikasi dengan berbagai macam organisasi lainnya.
Kriteria ketiga adalah motivasi
anggota, Dalam kriteria ini dilakukan pengukuran mengenai keterikatan dan
hubungan antara pelaku organisasi dengan organisasinya dan kelengkapan sarana
bagi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi. Kriteria keempat adalah
produksi, yaitu usaha pengukuran efektivitas organisasi dihubungkan dengan
jumlah dan mutu keluaran organisasi serta intensitas kegiatan suatu organisasi.
Pendapat lain juga penting untuk
diperhatikan ialah teori yang menghubungkan pengertian efektivitas organisasi
dengan tingkat kepuasan para anggotanya. Menurut pandangan teori ini, sesuatu
organisasi dikatakan efektif bila para anggotanya merasa puas. Pandangan ini
merupakan kelanjutan pandangan penganut paham hubungan antar manusia, yang
menempatkan kepuasan anggota sebagai inti persoalan organisasi dan manajemen.
Johny setyawan (1988:56) efektivitas (hasil guna) dapat dipahami sebagai
derajad keberhasilan suatu organisasi (sampai seberapa jauh suatu organisasi
dapat dinyatakan berhasil) dalam usahanya untuk mencapai apa yang menjadi
tujuan organisasi tersebut.
Definisi ini menyatakan bahwa
efektivitas dimaksudkan sebagai tingkat seberapa jauh suatu sistem sosial
mencapai tujuannya. Efektivitas harus dibedakan dengan pengertian efisiensi.
Efisiensi terutama mengandung pengertian perbandingan antara biaya dan hasil,
sedangkan efektivitas secara langsung dihubungkan dengan pencapaian suatu
tujuan. Becker dan Nuehauser (1975:44) menggunakan istilah efisiensi organisasi
(organizational effciency) yang menunjukkan cara dalam mana sumber-sumber daya
(resources) dari suatu organisasi disusun.
Dari berbagai pendapat diatas
ternyata semuanya hanya menunjukkan pada pencapaian organisasi, sedangkan
bagaimana cara membahasnya tidak dibahas. Terdapat beberapa yang mengarah pada
bagaimana mencapai tingkat efektivitas, salah satunya adalah pendapat Argyris
(1968:312) Efektivitas organisasi adalah keseimbangan atau pendekatan secara
optimal pada pencapaian tujuan, kemampuan pemecahan dan pemanfaatan tenaga
manusia.
Sedangkan Georgepoulos dan Tannenbaum
(1969:82) berpendapat lebih lanjut bahwa efektivitas organisasi adalah tingkat
sejauh mana suatu organisasi yang merupakan sistem sosial, dengan segala sumber
daya dan sarana tertentu yang tersedia memenuhi tujuan-tujuannya tanpa
pemborosan dengan menghindari ketegangan yang tidak perlu diantara
anggota-anggotanya. Kriteria penting yang digunakan untuk menilai efektivitas
organisasi adalah performance “performance is primary criterian for judging
organization “ Interplan (1969:15).
Dalam hal ini performance berkenaan
dengan kegiatan-kegiatan, seperti yang dinyatakan oleh interplan (1969:15).
Pandangan lainnya sebagai hasil penelitian, dikemukakan oleh Georgepoulus dan
Tannenbaum yang dikutip oleh Adam I.Indrawijaya (2000:22) dikatakan bahwa,
Suatu pendekatan yang dapat lebih dipertanggung jawabkan, sebagaimana yang
diajukan oleh para peneliti, adalah suatu cara pengukuran efektivitas yang
mempergunakan beberapa unsur yang biasa terdapat dalam kehidupan organisasi
yang berhasil.
Hasil studi menunjukkan adanya
penggunaan 3 unsur, yaitu produktivitas (efisiensi dalam arti ekonomi),
tekanan-stress (dibuktikan dengan tingkat ketegangan dan konflik), dan
fleksibilitas (atau kemampuan untuk menyusuaikan diri dengan perubahan intern
dan ekstern).
Sedangkan menurut pendapat Duncan
yang dikutip Adam I.Indrawijaya (2000:229), yang dikenal dengan “Multiple
Factor Model” mengatakan bahwa pengukuran efektivitas organisasi sesungguhnya
harus mencakup berbagai kriteria,
seperti : efisiensi, kemampuan menyusuaikan diri dengan tuntutan perubahan
adaptasi, integrasi, motivasi dan produksi.
Disimpulkan bahwa konsep tingkat
efektivitas organisasi menunjukkan pada tingkat seberapa jauh organisasi
melaksanakan kegiatan/fungsi-fungsi, sehingga tujuan yang telah ditetapkan
dapat tercapai dengan menggunakan secara optimal alat-alat dan sumber-sumber
yang ada. Dengan demikian berbicara mengenai efektivitas organisasi ada dua
aspek didalamnya yaitu : 1). Tujuan organisasi dan 2).Pelaksanaan fungsi/cara/alat
untuk mencapai tujuan tersebut. Georgepoulus dan Tannenbaum (1969:82)
memberikan kriteria ukuran efektivitas organisasi yaitu yang menyangkut faktor
intern organisasi dan faktor lingkungan organisasi yang mana organisasi itu
berada (faktor eksternal). Kriteria tersebut adalah :
- Produktivitas organisasi (output);
- Fleksibilitas organisasi dalam bentuk keberhasilannya menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan didalam organisasi dan keberhasilan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang diajukan dari luar;
- Tidak adanya ketegangan didalam organisasi atau hambatan-hambatan konflik diantara bagian-bagian organisasi.
Kimberly (1976:571-597)
mengoperasionalkan luas (size) organisasi sebagai kemampuan fisik, banyaknya
anggota organisasi, volume dari pekerjaan yang dihadapi dan banyaknya sumber
daya yang tersedia yang dapat dipergunakan secara leluasa dan kelompok-kelompok
atau organisasi. Kekuasaan (power), pengaruh (influence), produksi, motivasi,
kepuasan, (satisfaction), pengambilan keputusan dan kepemimpinan (leadership)
adalah contoh dari ciri-ciri perilaku karena termasuk tidakan manusia.
Kebjaksanaan-kebijaksanaan
(policies), tujuan (goals), prosedur dan peraturan yang berlaku dalam mengelola
organisasi untuk mengontrol diskripsi dan ciri-ciri perilaku baik dari dalam
maupun dari luar organisasi disebut struktur-struktur organisasi. Beberapa
contoh seperti : hirarki kekuasaan, prosedure, produksi dan sosialisasi.
Peraturan-peraturan dan sistem pemberian imbalan dapat disebut sebagai struktur
organisasi.
Lawless (1972:397-398) faktor
eksternal digolongkan kedalam perorangan (individual), kelompok (group) dan
faktor-faktor organisasi (organizational factors), sedangkan faktor intern dari
organisasi lain dan macro sistem yang mempengaruhi organisasi yang bersangkutan
disebut sebagai faktor-faktor eksternal.
Individu, kelompok dan organisasi
dalam arti luas (internal dan eksternal) memiliki diskriptif (descriptive) dan
ciri-ciri prilaku (behavioral characteristics). Ciri prilaku dan proses
(processes)adalah pengertian/pengenalan
(cognitive), semangat (psychomotoric) dan kecenderungan tindakan (effective
action) dari anggota-anggota organisasi sebagai perorangan, sebagai kelompok
dan sebagai organisasi.
Teori dasar pengembangan sumber daya
manusia
Pengembangan sumber daya manusia
merupakan keharusan mutlak bagi suatu organisasi dalam menghadapi tuntutan
tugas sekarang maupun dan terutama untuk menjawab tantangan masa depan
(Siagian, 1996:182). Kondisi “conditio sine quanon” ini dapat dikategorikan sebagai
bentuk investasi yaitu human investasi. Aspek pengembangan sumber daya manusia
menjadi bagian penting dalam suatu organisasi dalam upaya mengelola sumber daya
manusia secara keseluruhan. Pada hakekatnya, pengembangan sumber daya manusia
mempunyai cakupan luas yang bertujuan meningkatkan potensi yang dimiliki oleh
sumber daya manusia, sebagai upaya meningkatkan profesionalisme dalam
organisasi (Wayne dan Awad, 1981:29). Pengembangan sumber daya manusia yang
terarah dan terencana disertai pengelolaan yang baik akan dapat menghemat
sumber daya lainnya atau setidak-tidaknya pengolahan dan pemakaian sumber daya
organisasi dapat secara berdaya guna dan berhasil guna.
Ada dua tujuan utama dalam hal
pengembangan kualitas sumber daya manusia, pertama, pengembangan dilakukan
untuk menutup “gap” antara kecakapan atau kemampuan karyawan dengan permintaan
jabatan. Kedua, program tersebut diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan
efektivitas kerja karyawan dalam mencapai sasaran-sasaran kerja yang
ditetapkan. (Handoko, 1998: 103). Upaya pencapaian tujuan tersebut tentunya
harus ditempuh melalui suatu proses tahapan panjang yang dimulai dari
perencanaan sampai dengan pengelolaan dan pemeliharaan potensi sumber daya
manusia. Karena secara makro Pengembangan sumber daya manusia (human resourses
development) merupakan suatu proses peningkatan kualitas atau kemampuan
manusia, yaitu mencakup perencanaan, pengembangan dan pengelolaan sumber daya
manusia (Notoatmodjo, 1998:2-3). Dalam hal ini
pengembangan sumber daya manusia mempunyai ruang lingkup lebih luas dalam upaya
memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap dan sifat-sifat
kepribadian, sehingga dapat memegang tanggungjawab dimasa yang akan datang
(Handoko, 1998 : 104).
Pada sisi lain pengembangan sumber
daya manusia tidak hanya sebatas menyangkut internal sumber daya manusia
sendiri (yaitu antara lain pengetahuan, kemampuan, sikap, tanggung jawab) namun
juga terkait dengan kondisi eksternal, seperti lingkungan organisasi dan
masyarakat. Hal ini tercermin dari tuntutan pengembangan sumber daya manusia
sendiri yang pada dasarnya timbul karena pertimbangan (Siagian, 1996:199):
- Pengetahuan karyawan yang perlu pemutakhiran,
- Masyarakat yang selalu berkembang dinamis dengan mengalami pergeseran nilai-nilai tertentu,
- Persamaan hak memperoleh pekerjaan,
- Kemungkinan perpindahan pegawai yang merupakan kenyataan dalam kehidupan organisasional.
Berbagai tuntutan tersebut secara
bersamaan saling mempengaruhi pelaksanaan dan arah pengembangan sumber daya
manusia, baik menyangkut internal manusianya maupun lingkungan eksternal. Pada
bagian lain dalam skup organisasi, faktor yang mempengaruhi pengembangan sumber
daya manusia ini dapat dibagi kedalam faktor internal yaitu mencakup
keseluruhan kehidupan yang dapat dikendalikan organisasi, meliputi (Notoatmodjo,1998
: 8-10):
Faktor internal organisasi
- Misi dan tujuan organisasi,
- Strategi pencapaian tujuan, Sifat dan jenis pekerjaan dan
- Jenis teknologi yang digunakan.
Faktor eksternal organisasi, yang
meliputi :
- Kebijaksanaan pemerintah,
- Sosio budaya masyarakat,
- Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Secara khusus dalam pengembangan
sumber daya manusia yang menyangkut peningkatan segala potensi internal
kemampuan diri manusia ini adalah didasarkan fakta bahwa seseorang karyawan
akan membutuhkan serangkaian pengetahuan, keahlian dan kemampuan yang
berkembang untuk bekerja dengan baik dalam suksesi posisi yang ditemui selama karier.
Dalam hal ini merupakan persiapan karier jangka panjang seseorang. (Simamora, 1995:287). Sehingga cakupan
pengembangan sumber daya manusia selanjutnya adalah terkait dengan sistem
karier yang diterapkan oleh organisasi dan bagaimana sumber daya manusia yang
ada dapat mengakses sistem yang ada dalam rangka mendukung harapan-harapan
kerjanya (Simamora, 1995:323)
Referensi:
No comments:
Post a Comment