Faktor-Faktor yang mempengaruhi efektivitas organisasi
Banyak faktor-faktor yang
mempengaruhi efektivitas organisasi baik secara langsung maupun tidak langsung,
akan tetapi pada dasarnya pendapat-pendapat tersebut sudah terangkum dalam
hasil penelitian Richard M.Steer. seperti misalnya teori mengenai pembinaan
organisasi yang menekankan adanya perubahan yang berencana dalam organisasi
yang bertujuan untuk meningkatkan efektivitas organisasi.
Pendiagnosaan organisasi sebagai
salah satu metode pembinaan organisasi menekankan pada hal-hal yang dianggap
mempengaruhi ketidakstabilan atau ketidakberhasilan organisasi dalam mencapai
tujuannya. Weisbord memberikan model untuk mendiagnosa organisasi yang sering
dikenal dengan model enam kotak Weisbord yang terdiri dari : (1) tujuan; (2)
struktur; (3) sistem penghargaan; (4) mekanisme tata kerja; (5) tata hubungan
dan (6) kepemimpinan. Thoha,(2000:98).
Hal ini secara tidak langsung
menyebutkan bahwa keberhasilan organisasi dipengaruhi oleh keenam unsur diatas,
sehingga keenam unsur tersebut perlu didiagnosa lebih lanjut untuk mengetahui
penyebab ketidak berhasilan organisasi mencapai tujuannya.
Dydiet Hardjito (1997:65),
mengemukakan bahwa keberhasilan organisasi mencapai tujuannya dipengaruhi oleh
komponen-komponen organisasi meliputi : (1) Struktur; (2) Tujuan; (3) Manusia;
(4) Hukum; (5) Prosedur pengoperasian yang berlaku (Standard Operating
Procedure); (6) Teknologi; (7) Lingkungan; (8) Kompleksitas; (9) Spesialisasi;
(10) Kewenangan; (11) Pembagian tugas.
Pemahaman terhadap suatu penelitian
harus didasarkan atas suatu kerangka kerja analisa yang dipakai sebagai
pedoman. Kerangka kerja ini merupakan variabel yang memainkan peranan penting
dalam memperlancar terwujudnya keberhasilan organisasi. Menurut Steers
(1985:209), kerangka kerja yang dipakai dapat mengidentifikasi empat rangkaian
variabel yang berhubungan dengan efektivitas, yakni ciri organisasi, ciri
lingkungan, ciri pekerjaan serta kebijakan dan praktek manajemen.
Ciri organisasi
Penekanan ciri organisasi oleh Steers
adalah terhadap struktur dan teknologi karena kedua variabel tersebut sangat
mempengaruhi efektivitas organisasi. Perubahan yang bersifat inovatif dalam
hubungan interaktif antar anggota-anggota organisasi atau penyusunan hubungan
SDM akan meningkatkan efektivitas organisasi. Dengan tercapainya berbagai kemajuan
di dalam struktur organisasi, misalnya dengan meningkatkan spesialisasi fungsi,
ukuran organisasi, sentralisasi pengambilan keputusan dan formalisasi akan
meningkatkan produktivitas organisasi.
Tercapainya kemajuan di dalam
teknologi dapat memperkenalkan cara-cara yang lebih produktif dengan
menggunakan sarana-sarana baru akan mempengaruhi efektivitas organisasi.
Pemanfaatan kedua hal tersebut secara baik, yakni struktur dan teknologi akan
mempermudah organisasi untuk mencapai tujuannya. Peranan manajer/direktur di
dalam mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi di dalam lingkungan dan
merumuskan sasaran-sasaran pokok sangat menentukan sebab akan membawa kemajuan-kemajuan
di dalam organisasi.
Ciri organisasi yang berupa struktur
organisasi meliputi faktor luasnya desentralisasi, faktor ini akan mengatur
atau menentukan sampai seberapa jauh para anggota organisasi dapat mengambil
keputusan atau diikutsertakan dalam pengambilan keputusan. Faktor lainnya yaitu
spesialisasi pekerjaan yang membuka peluang bagi para pekerja untuk
mengembangkan diri dalam bidang keahliannya sehingga tidak mengekang daya
inovasi mereka. Faktor formalisasi berhubungan terhadap tingkat adaptasi
organisasi terhadap lingkungannya yang selalu berubah. Semakin formal suatu organisasi
semakin sulit organisasi itu untuk beradaptasi terhadap lingkungannya. Hal
diatas berpengaruh terhadap efektivitas organisasi, karena faktor tersebut
menyangkut para pekerja yang cenderung lebih terikat pada organisasi dan merasa
lebih puas jika mereka mempunyai kesempatan mendapat tanggung jawab yang lebih
besar dan mengandung lebih banyak variasi jika peraturan dan ketentuan yang ada
dibatasi seminimal mungkin.
Tanda-tanda organisasi yang baik dan
efektif antara lain; (a) Tujuan organisasi itu jelas dan realistis, (b)
Pembagian kerja dan hubungan pekerjaan antara unit-unit, sub sistem-sub sistem
atau bagian-bagian harus baik dan jelas, (c) Organisasi itu harus menjadi alat
dan wadah yang efektif dalam mencapai tujuan, (d) Tipe organisasi dan strukturnya
harus sesuai dengan kebituhan, (e) Unit-unit kerja (departemen, bagian) nya
ditetapkan berdasarkan atas eratnya hubungan pekerjaan, (f) Rentang kendali
setiap bagian harus berdasarkan volume pekerjaan dan tidak boleh terlalu
banyak, (g) Jenis wewenang (authority) yang dimiliki setiap pejabat harus
jelas.
Ciri Lingkungan
Baik lingkungan ekstern maupun
lingkungan intern mempengaruhi efektivitas organisasi. Lingkungan ekstern
merupakan semua kekuatan yang timbul di luar batas-batas organisasi dan mempengaruhi
keputusan serta tindakan di dalam organisasi. Pengaruh lingkungan ekstern
meliputi derajat kestabilan yang relatif dari lingkungan, derajat kompleksitas
lingkungan dan derajat ketidakpastian lingkungan. Yang termasuk dalam
lingkungan luar antara lain adalah hukum, ekonomi dan pasar di mana organisasi
berusaha mendapatkan sumber daya dan mendistribusikan keluarannya. Lingkungan
intern dikenal sebagai iklim organisasi, yang meliputi macam-macam atribut
lingkungan kerja, khususnya atribut-atribut yang diukur pada tingkat
individual. Lingkungan dalam meliputi kebudayaan dan sosial yang sangat
menentukan perilaku kerja.
Ciri lingkungan menjelaskan bahwa
keberhasilan suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam
menanggapi lingkungannya. Dalam menentukan tepat-tidaknya tanggapan organisasi
terhadap perubahan lingkungan, ada tiga variabel kunci yang dipakai yakni
tingkat keterdugaan keadaan lingkungan, ketepatan persepsi atas keadaan
lingkungan dan tingkat rasionalitas organisasi. Dengan arti lain, semakin tepat
tanggapannya, maka semakin berhasil kemampuan organisasi untuk menyesuaikan
diri dengan perubahan lingkungan. Pemantauan yang terus-menerus terhadap
perubahan lingkungan harus diikuti dengan penyesuaian standar design,
teknologi, sasaran dan perilaku organisasi.
Steer (1985:111) menyimpulkan dari
berbagai penelitian yang dilakukan oleh para ahli seperti Lawrence & Lorch
(1967), Weick (1969) dan Simon (1957) bahwa keterdugaan, persepsi dan
rasionalitas merupakan faktor yang penting yang mempengaruhi hubungan
lingkungan. Dalam hubungan ini terdapat suatu pola dimana tingkat keterdugaan
dari keadaan lingkungan disaring oleh para pengambil keputusan dalam organisasi
melalui ketepatan persepsi yang tepat mengenai lingkungan dan pengambilan keputusan
yang sangat rasional akan dapat memberikan sumbangan terhadap efektivitas
organisasi.
Ciri Pekerja
Selain ciri organisasi dan ciri
lingkungan, pekerja juga mempengaruhi tingkat efektivitas organisasi sebab
lancar-tidaknya pencapaian tujuan suatu organisasi tergantung dari kemampuan
pekerja sendiri. Kemajemukan yang ada dalam suatu organisasi (organization
diversity) menggambarkan perbedaan individual di antara pekerja. Perbedaan
individual menggambarkan perbedaan di dalam pandangan, tujuan, kebutuhan dan
kemampuan. Hal yang dipengaruhi di dalam pencapaian efektivitas adalah rasa
keterikatan terhadap organisasi atau jangkauan identifikasi para pekerja dengan
majikannya dan prestasi kerja individual.
Katz Kahn (1966) meneliti peranan
tingkah laku dalam efektivitas organisasi harus memenuhi tiga persyaratan
tingkah laku yaitu : Pertama, setiap organisasi harus mampu membina dan
mempertahankan suatu armada kerja yang mantap yang terdiri dari pekerja baik
pria maupun wanita yang terampil. Hal ini berarti disamping mengadakan
penerimaan dan penempatan pegawai, organisasi juga harus mampu memelihara para
pekerja dengan imbalan yang pantas dan memadai sesuai dengan kontribusi
individu dan yang relevan bagi pemuasan kebutuhan individu.
Kedua, organisasi harus dapat
menikmati prestasi peranan yang dapat diandalkan dari para pekerjanya. Sering
terjadi manajer puncak yang seharusnya memikul tanggung jawab utama dalam
merumuskan kebijakan perusahaan, membuang terlalu banyak waktu untuk keputusan
dan kegiatan sehari-hari yang sepele dan mungkin menarik akan tetapi tidak
relevan dengan peranannya, sehingga berkurangnya waktu yang tersedia bagi
kegiatan kearah tujuan yang yang lebih tepat. Bila sebuah organisasi ingin
beroperasi efektif, setiap anggota bukan hanya harus bersedia berkarya, tetapi
juga harus bersedia melaksanakan tugas khusus yang menjadi tanggung jawab
utamanya.
Terakhir, disamping prestasi peranan
yang dapat diandalkan, organisasi yang efektif menuntut agar para pekerja
mengusahakan bentuk tingkah laku yang spontan dan inovatif. Job discription
tidak akan dapat secara mendetail merumuskan apa yang mereka kerjakan setiap
saat, karena jika terdapat keadaan darurat atau yang luar biasa, individu harus
mampu bertindak atas inisiatif sendiri atau mengambil keputusan dan mengadakan
tanggapan terhadap yang paling baik bagi organisasi.
Peranan pekerja sangat mempengaruhi
proses pencapaian tujuan sebab menyangkut tingkat produktivitas kerja di dalam
menghasilkan output. Apabila pekerja bekerja secara produktif dan memperbesar
serta memperlancar kemungkinan tercapainya tujuan organisasi, maka efektivitas
kerja akan meningkat. Di lain pihak, apabila para pekerja dihadapkan pada
situasi dimana tujuan pribadi mereka bertentangan dengan sasaran organisasi,
maka efektivitas kerja akan berkurang.
Kebijakan dan Praktek Manajemen
Kebijakan dan praktek manajemen
merupakan mekanisme yang meliputi penetapan tujuan strategi, pencarian dan
pemanfaatan sumber daya secara efisien, menciptakan lingkungan prestasi, proses
komunikasi, kepemimpinan dan pengambilan keputusan serta adaptasi dan inovasi
organisasi. Dalam hal ini, peranan manajer sangat penting untuk mengarahkan
kegiatan-kegiatan secara proporsional untuk mencapai tujuan.
Henry Mintzberg yang dikutip Gibson
at.al (1996:33) mengidentifikasikan tiga peran utama manajerial : Peran
interpersonal, peran pengambil keputusan dan peran informasi.
Masing-masing peran mempunyai
beberapa aktivitas yang berkaitan yang membedakan satu peran dari lainnya.
Aktivitas peran interpersonal dengan jelas melibatkan manajer dengan pihak lain
didalam maupun diluar organisasi. Aktivitas peran pengambil keputusan
melibatkan manajer dalam membuat keputusan dari sudut operasional, alokasi
sumber daya, dan negosiasi dengan unsur-unsur organisasi. Peran informasi akan
melibatkan manajer sebagai seorang penerima atau pemberi informasi kepada berbagai
individu dan institusi.
Sebuah kebijakan yang baik adalah
kebijakan yang berjalan, yang membuat kebijakan itu berjalan adalah bila
kebijakan tersebut secara jelas membawa kita kearah yang ingin kita tuju.
Kebijakan harus dipahami, tetapi tidak berarti bahwa kebijakan harus ditulis (
Michael Amstrong, 1995: 49). Sifat kebijakan tersebut diatas menuntut adanya
kontribusi para pelaksana kebijakan dalam penetapannya, karena merekalah yang
akan menjadi implementor dari kebijakan dari kebijakan yang telah dibuat.
Musyawarah untuk mencapai mupakat
diperlukan pula dalam menetapkan suatu kebijakan dalam suatu organisasi. Pada
intinya manajemen adalah tentang memutuskan apa yang harus dilakukan dan lalu
melaksanakannya melalui orang-orang (Amstrong, 1995:xiii). Definisi ini
menekankan bahwa manusia dalam organisasi merupakan sumber daya terpenting,
karena melalui sumber daya inilah sumber daya lainnya seperti pengetahuan,
keuangan, peralatan dan sebagainya dapat dikelola.
Begitu pentingnya manajemen bagi
organisasi, maka para manajer harus dapat menjadi manajer yang mengerti para
pegawainya, menghargai karena tanpa mereka manajer tidak mempunyai arti
apa-apa. Kebijakan dan paraktik manajemen ini berpengaruh terhadap efektivitas
organisasi, karena para pekerja dalam organisasi yang menentukan efektif atau
tidaknya suatu organisasi dapat digerakkan oleh manajer yang baik untuk
melaksanakan kebijakan guna mencapai tujuan organisasi.
No comments:
Post a Comment