Mesin-mesin
dan peralatan yang dioperasikan di industri saat ini cenderung semakin kompleks
dan membutuhkan modal besar baik untuk investasi awal maupun untuk biaya
operasional. Untuk itu, strategi dan kebijakan pemeliharaan diperlukan agar
semua peralatan yang beroperasi di dalam sistem tidak mengalami kegagalan dalam
pengoperasiannya. Upaya mengoptimalkan pemeliharaan telah banyak dilakukan,
kesemuanya bertujuan untuk menjaga keandalan (reliability) dan ketersediaan
(availability) sistem. Oleh sebab itu saat ini teknik pemeliharaan lebih banyak
dikonsentrasikan pada pemeliharaan pencegahan (preventive) untuk menghindari
kerusakan yang lebih serius.
Faktor
utama yang menyebabkan pentingnya manajemen pemeliharaan di industri saat ini
adalah meningkatnya mekanisasi dan otomasi dalam kebanyakan proses.
Konsekuensinya adalah berkurangnya kebutuhan operator tetapi meningkatnya
kebutuhan tenaga pemeliharaan.
Menurut
Dhilon (2002), fungsi-fungsi dari departemen pemeliharaan dan organisasi adalah
dalam hal:
- Perencanaan dan perbaikan peralatan/fasilitas pada standar-standar yang ditetapkan
- Pelaksanakan pemeliharaan preventif; khususnya, pengembangan dan penerapan program kerja yang terjadwal untuk tujuan menjaga peralatan/fasilitas beroperasi secara memuaskan
- Persiapkan anggaran biaya yang realistis terhadap personil pemeliharaan dan kebtuhan material
- Pengaturan logistik untuk menjamin ketersediaan komponen/material yang diperlukan untuk tugas-tugas pemeliharaan
- Pemeliharaan pencatatan peralatan, servis dan lain-lain
- Pengembangan pendekatan-pendekatan yang efektif untuk memonitor kegiatankegiatan staf pemeliharaan
- Pengembangan teknik-teknik yang efektif untuk mengontrol tenaga operasi, tingkat manajer, dan kelompok-kelompok lainnya yang sadar akan aktifitas pemeliharaan
- Pelatihan terhadap staf pemeliharaan dan karyawan lainnya untuk meningkatkan keterampilan mereka dan kinerja yang efektif
- Peninjauan ulang rencana-rencana terhadap fasilitas, instalasi dan peralatan baru.
- Penerapan metoda-metoda untuk meningkatkan keamanan/keselamatan ditempat kerja dan pengembangan pendidikan keamanan/keselamatan yang berhubungan dengan program-program staf pemeliharaan.
- Strategi Pemeliharaan (Maintenance Strategies)
Strategi
pemeliharaan adalah teknik/metoda yang digunakan untuk mencapai tingkat
keandalan dan ketersediaan sistem yang tinggi dengan biaya operasional
yangminimal. Maka strategi pemeliharaan sangatlah penting bagi suatu perusahaan
untuk menekan biaya yang harus dikeluarkan, karena kegiatan pemeliharaan secara
proposional mempunyai konsekuensi terhadap biaya keseluruhan operasi.
Menurut
Smith (2001), elemen-elemen strategi pemeliharaan meliputi:
- Organisasi sumber daya pemeliharaan (Organization of maintenance resources)
- Prosedur pemeliharaan (Maintenance procedures )
- Peralatan dan alat-alat uji (Tools and test equipent)
- Seleksi karyawan, pelatihan dan motivasi (Personnel selecting, training and motivation)
- Manual dan petunjuk pemeliharaan (Maintenance instructions and manuals)
- Penyediaan suku cadang (Spares provisioning)
- Logistik (Logistics)
Elemen-elemen
pemeliharaan tersebut biasanya dibagi kedalam tiga grup tugas pemeliharaan,
yaitu; pemeliharaan korektif (corrective), pemeliharaan rutin (preventive) dan
perbaikan tahunan (overhaul). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan pemeliharaan suatu Industri manufaktur menurut Paul.D (1989) terdiri atas:
Keterkaitan
antar elemen-elemen yang berhubungan dengan strategi pemeliharaan dalam
menunjang proses produksi (manufacturing operation) dapat diilustrasikan
seperti pada Gambar 1. Kebijakan yang diambil dalam strategi pemeliharaan untuk
pelaksanaan pemeliharaan dan perbaikan (maintenance & repair) adalah
berdasarkan analisis keandalan, ketersediaan dan laju kegagalan mesin.
Gambar 1 |
Pelaksanaan
pemeliharaan dan perbaikan ditunjang oleh beberapa elemen lain seperti
peralatan kerja, peralatan uji, penyediaan komponen, tenaga kerja dan kondisi
lingkungan seperti keselamatan dan keamanan kerja. Proses produksi dan hasil
produksi hendaknya diukur dan dievaluasi secara periodik untuk mengetahui
kinerja mesin sehingga dapat dianalisa untuk pengambilan keputusan berikutnya.
Salah
satu strategi pemeliharaan telah dikembangkan oleh Barabady (2005), yang
membagi kegiatan pemeliharaan menjadi tiga, yaitu; pemeliharaan dengan
modifikasi disain (Design-out Maintenance), perawatan pencegahan (Preventive
Maintenance), dan perawatan korektif (Coorective Maintenance), seperti terlihat
pada Gambar 2.
Gambar 2 |
Design-out
maintenance berupa modifikasi disain dari sistem, membuang atau mengurangi
sesuai dengan kebutuhan pemeliharaan selama beroperasi. Preventive maintenance
dapat dianggap sebagai pemeliharaan dengan interval yang sudah ditentukan untuk
mengurangi kemungkinan kegagalan komponen. Ini berarti bahwa pemeliharaan
dilakukan sebelum suatu kerusakan meningkat. Pemeliharaan preventif dapat
dibagi; time-based preventive maintenance (T.B.M) dan condition-based
maintenance(C.B.M). Time-based preventive maintenance terutama dilakukan
untukkomponen-komponen yang tidak bisa diperbaiki. Condition-based preventive
maintenance, juga disebut pemeliharaan prediktif diterapkan pada
komponenkomponen dimana kegagalan terjadi secara insidentil. Hal ini memerlukan
periode inspeksi yang optimal untuk meningkatkan keandalan mesin/peralatan
berdasarkan informasi statistik keandalan. Pemeliharaan korektif (corrective
maintenance) adalah pemeliharaan yang dilakukan setelah terjadi kegagalan untuk
mengembalikan ke kondisi siap pakai.
Gambar 3 |
Gambar 4 |
Untuk
menerapkan strategi pemeliharaan ini Barabady (2005) membuat suatu detail
pengambilan keputusan berdasarkan analisis keandalan seperti gambar 3. Pemeliharaan
dengan waktu yang tetap (Fixed Time Maintenance/F.T.M) digunakan jika laju
kegagalan konstan (β = 1). Jika laju kegagalan
meningkat (β >1) dan biaya pemeliharaan
preventif yang diharapkan (Expected Cost of Preventive Maintenance/ECP) lebih
kecil dari biaya pemeliharaan korektif (Expected Cost of Corrective
Maintenance/ECC), maka digunakan pemeliharan preventive, tetapi jika tidak maka
digunakan pemeliharaan korektif (Corrective Maintenance/C.M). Pemeliharaan
preventif bisa dilaksanakan dengan Condition Based Maintenance (C.B.M) jika
biaya pelaksanaannya efektif, tetapi jika tidak efektif maka dilakukan Time
Based Maintenance (T.B.M).
Strategi
pemeliharaan menurut Smith (2001) yaitu Quantitative Reliability Centered
Maintenance (QRCM) yang meliputi perhitungan terhadap keseimbangan biaya
pemeliharaan yang berlebihan karena ketidak tersediaan yang timbul akibat
pemeliharaan yang tidak efisien. Langkah pertama dalam perencanaan strategi
QRCM adalah mengidentifikasi komponen-komponen kritis yang berpengaruh besar
terhadap kegagalam mesin/peralatan. Langkah kedua adalah mendapatkan data-data
spesifik kegagalan seperti laju kegagalan, waktu antar kerusakan, dan lama
perbaikan. Dari karakteristik kegagalan ini dilakukan analisis keandalan dan
ketersediaan untuk menentukan jenis pemeliharaan yang tepat digunakan. Dengan
cara ini biaya-biaya yang berhubungan dengan perubahan interval pemeliharaan,
penyediaan suku cadang dan waktu penggantian preventif dapat dibandingkan
dengan penghematan biaya yang dicapai.
Perhitungan
yang digunakan untuk mengambil keputusan menurut Smith adalah:
Penggantian
komponen optimum (Optimum Replacement)
Penyediaan
suku cadang optimum (Optimum spares holding)
Uji
ketahanan interval optimum (Optimum proof-test intervals)
Monitoring
kondisi (Condition monitoring)
Penerapan
Strategi Pemeliharaan
Untuk
melaksanakan strategi pemeliharaan yang efektif, saat ini banyak diterapkan
sistem pemeliharaan secara periodik (preventive maintenance). Keuntungan
melakukan pemeriksaan dan perbaikan secara periodik dan pada saat yang tepat
pada semua mesin-mesin/peralatan adalah, dapat diramalkannya total perbaikan
pada seluruh sistim pabrik oleh para insinyur pemeliharaan. Dalam hal ini
perbaikan dilakukan segera sebelum terjadi kerusakan yang lebih fatal. Biaya
perbaikan dan lamanya mesin/equipmen tidak beroperasi dapat diminimalkan,
dibandingkan dengan perbaikan mesin yang sama tetapi dilakukan setelah mesin
itu rusak total. Hal-hal penting dalam penerapan strategi pemeliharaan menurut
Alfian (2004) adalah:
- Frekuensi kerusakan dan pengeluaran biaya untuk perbaikan termasuk upah.
- Item-item yang dipilih harus benar-benar penting dan dapat berakibat fatal untuk keseluruhan pabrik tersebut.
- Penaksiran biaya-biaya pemeliharaan.
- Melakukan pekerjaan sebanyak mungkin pada saat pembongkaran pabrik tahunan (overhaul) dan efektifitas kerja dari para mekanik harus tinggi selama dilakukannya pembongkaran pabrik tahunan tersebut.
- Meramalkan kerusakan-kerusakan yang akan terjadi.
- Data yang dikumpul dari pabrik secara harian, periodik, tahunan merupakan dasar informasi untuk sistim pemeliharaan yang baik.
- Pengawasan pekerjaan pemeliharaan harus merupakan suatu pekerjaan yang terintegrasi
Untuk
itu perlu dibuat suatu jadwal pemeliharaan untuk setiap mesin dan komponen.
Penentuan interval pemeliharaan yang optimum adalah berdasarkan perhitungan dan
analisis keandalan, ketersediaan, dan biaya-biaya yang menyertai keseluruhan
kegiatan pemeliharaan. Interval pemeliharaan optimum inilah yang dimasukkan
kedalam prosedur pemeliharaan terencana menurut Corder (1992) seperti terlihat
pada Gambar 5.
Gambar 5 |
Dari
diagram pada Gambar 5 terlihat bahwa yang diperlukan adalah:
- Jenis mesin dan komponen yang kritis untuk dirawat
- Jadwal penggantian optimum tiap komponen
- Jumlah komponen yang disediakan
- Prosedur opersional standar (SOP)
- Jumlah tenaga kerja yang diperlukan.
Keandalan
(Reliability)
Keandalan
dapat didefinisikan sebagai probabilitas suatu sistem dapat berfungsi dengan
baik untuk melakukan tugas pada kondisi tertentu dan dalam selang waktu
tertentu pula. Sistem reliability, availability dan maintainability (RAM)
akhirakhir ini sudah dianggap sangat signifikan terhadap lingkungan yang
berkompetisi dan keseluruhan biaya operasi/biaya produksi.
Thank you for sharing information about reliability centered maintenance.
ReplyDelete