KATA PENGANTAR
Sudah kepinggir kita terdesak!
Sampailah konon sisa-ruangan yang
tinggal bagi kita dalam hal politik, ekonomi, keuangan, dan kemiliteran.
Inilah hasilnya lebih dari pada dua
tahun berunding!
Lenyaplah sudah persatuan Rakyat
untuk menentang kapitalisme-imperialisme! Lepaslah sebagian besar daerah
Indonesia ke bawah kekuasaan musuh. Kembalilah sebagian besar bangsa Indonesia
ke bawah pemerasan-tindasan Belanda. Berdirilah pelbagai Negara boneka dalam
daerah Indonesia, yang boleh diadu-dombakan satu dengan lainnya! Kacau-balaulah
perekonomian dan keuangan dalam daerah Republik sisa. Akhirnya, tetapi tak
kurang pula pentingnya terancamlah pula Tentara Republik oleh tindakan
REORGANISASI DAN RATIONALISASI yang dalam hakekatnya menukar Tentara Republik
menjadi tentara Kolonial: SATU TENTARA TERPISAH DARI RAKYAT UNUTK MENINDAS
RAKYAT ITU SENDIRI.
Alangkah besar perbedaannya keadaan
sekarang dengan keadaan pada enam bulan permulaan Revolusi!
Dikala itu 70 juta Rakyat Indonesia
bertekat satu menentang kapitalisme/imperialisme! Segala alat dan sumber
kekuasaan berada di tangan Rakyat Indonesia. Semua sumber ekonomi dipegang oleh
Rakyat sendiri. Seluruhnya Rakyat serentak mengambil inisiatif membentuk laskar
dan Tentara, mengadakan penjagaan di sepanjang pantai dan di tiap kota dan desa
dan serentak-serempak mengadakan pembelaan dan penyerbuan!
Dapatkah dikembalikan semangat 17
Agustus?
Sejarah sajalah kelak yang bisa
memberi jawab!
Tetapi sementara putusan Sejarah itu
dijalankan, maka kita sebagai manusia dan anggota masyarakat ini tak boleh diam
berpangku tangan saja melihat gelombang memukul-mukul geladak Kapal Negara, yang
sedang terancam karam itu.
Saya rasa salah satunya Daya-Upaya
untuk menyelamatkan Kapal Negara yang terancam karam itu, ialah pembentukan
Laskar Gerilya dimana-mana, di darat dan di laut! Perasaan perlunya dibentuk
laskar Gerilya dimana-mana itulah yang sangat mendorong saya, merisalah “SANG
GERILYA” ini!
Malangnya sedikit, penulis ini
bukanlah seorang Ahli-Kemiliteran. cuma ada sedikit banyak bergaul dengan
prajurit di dalam ataupun di luar negeri dan memangnya selalu tertarik oleh
ilmu kemiliteran.
Pengetahuan yang dipakai buat
membentuk risalah ini adalah pengetahuan yang diperoleh dari percakapan dengan
para prajurit itu serta dari pembacaan Buku dan Majalah Kemiliteran. Tetapi
bukanlah hasil pembacaan yang masih segar-bugar. Melainkan sebagian besarnya
adalah hasil pembacaan lebih dari pada 30 tahun lampau.
Tertumbuklah kemauan penulis ini
hendak menjadi opsir di masa berusia pemuda di Eropa, pada pelbagai halangan
dan rintangan maka terbeloklah perhatian kepada pembacaan beberapa Buku dan
Majalah Militer, dalam suasana Perang-Dunia Pertama. Pengetahuan yang diperoleh
di masa itulah yang masih dipegang sekarang!
Pengetahuan itu memangnya mendapat
beberapa perubahan selama bertahun-tahun di luar Negeri. Tetapi tinggal
pengetahuan lama dan keadaan berada di antara empat tembok batu di belakang
ruji-besi ini sama sekali tak ada pustaka kemiliteran, untuk menguji kembali
pengetahuan yang dipergunakan dalam Risalah ini sebagai bahan.
Dalam keadaan begini, maka mungkin
sekali beberapa Hukum Keprajuritan, yang terpaksa dibentuk sendiri itu kurang
tepat atau kurang memadai. Tetapi mengharap dan percaya sungguh, bahwa para
Ahli dan Pahlawan akan mengambil yang baiknya saja dan akan membuang yang
buruk; seterusnya akan menambah yang kurang dan mengurangi yang berlebih. Kami
mengharap dan percaya pula, bahwa para Ahli dan Pahlawan akan memaafkan semua
kekurangan dan kesalahan kami.
Pokok perkara buat kami dalam keadaan
terpaksa terpisah dari Masyarakat ini, bukanlah terutama MENYELESAIKAN soal
Militer, sebagai bagian terpenting dari Revolusi ini, tetapi untuk MEMAJUKAN
soal ini.
Mudah-mudahan para-teman-seperjuangan
yang lebih ahli dan lebih berpengalaman dalam keprajuritan itu, kelak akan
mengambil inisiatif mengarang buku kemiliteran itu, yang lebih sempurna. Buku
semacam itu perlu sekali buat mempopulerkan ilmu-keprajuritan di antara Rakyat
serta Pemuda kita justru sekarang ini!
Perkara latihan dan teknik Perang
sengaja tiada kami majukan disini! Dalam hal ini latihan-Jepang selama dua-tiga
tahun dan teristimewa pula latihan dan teknik perang selama dua-tiga tahun bertempur
di medan peperangan Indonesia yang sesungguhnya itu, kami rasa sudah lebih dari
pada memadai, dan diketahui oleh pulu ribuan prajurit kita sekarang.
Yang kami majukan disini cuma
beberapa Hukum-Kemiliteran yang kami rasa amat penting! Hukum Kemiliteran
itulah, disamping pengetahuan yang lain-lain tentang politik dan ekonomi yang
kami rasa harus dimiliki oleh SANG GERILYA, sebagai anggota atau pemimpin Laskarnya.
Taktik Gerilya yang mengacau-balaukan
Tentara Napoleon di Spanyol pada abad yang lalu; taktik Gerilya sekepal
Laskar-Boor yang mengocar-kacirkan Tentara Inggris yang kuat-modern pada
permulaan abad ini di Afrika-Selatan, taktik Gerilya yang
memusing-menggila-bingungkan Tentara ber-mesinnya Fasis Jerman di Rusia pada
perang Dunia kedua yang baru lalu ini ……………. Taktik dan Laskar Gerilya adalah
senjata yang maha-tajam bagi Rakyat Miskin tertindas; bersenjata serba
sederhana saja, untuk menghalaukan musuh yang bersenjatakan modern.
Mudah-mudahan Risalah, yang tertulis
tergesa-gesa dalam keadaan serba sulit ini akan memberikan faedah kepada
pemuda/pemudi, pahlawan-perwira pembela bangsa dan Masyarakat-Murba Indonesia
Raya!
Rumah Penjara Madiun, 17 Mei 1948
Penulis
T A N M A L A K A
Tulisan mahakarya agung dari seorang pejuang sejati "GERPOLEK" isi uraian lengkap mengenai "Gerpolek" dapat bisa didownload disini.
No comments:
Post a Comment